Penguasaan
pengetahuan dapat diklasaifikasikan dalam beberapa level. Tingkat pengetahuan
yang diperlukan seiring dengan kebutuhan memecahkan kesulitan dalam berkarya. Studi
psikologi, misalnya, memiliki empat tujuan utama yaitu menggambarkan,
menjelaskan, memprediksi dan mengendalikan atau mengotrol. Untuk mewujudkan
tujuan diperlukan pengetahuan berupa mengenali data, menggambarkan,
menjelaskan, memprediksi, dan mengotrol. Tingkat penguasaan pengetahuan seperti
itu berlaku juga untuk bidang profesional dokter atau guru, atau yang lainnya.
Guru yang berpengetahuan luas berarti
menguasai level pengenalan data, dapat menggambarkan, dapat menjelaskan, bahkan
sampai pada tingkat memprediksi dan mengotrol. Dalam hal memprediksi guru
berarti dapat menjadi peramal dengan memperhitungkan yang bakal terjadi atas
dasar data dan mengetahuan yang dimilikinya.
Guru profesional berarti guru yang
enguasai ilmu pengetahuan yang diajarkannya atau materi pelajaran.
Persyaratan menguasai ilmu mutlak untuk semua guru, baik yang
berpengalaman maupun yang belum berpengalaman. Tak ada pemakluman bagi guru
yang baru sekali pun dalam penguasaan pengetahuan sekurang-kurangnya harus
menguasai sampai level mampu menjelaskan.
Kemampuan lebih tinggi dari itu jika
guru mempu memperediksi terhadap dampak perlakuan tiap tindakan terhadap
perbaikan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa. Puncak kepiawaian
penguasaan ilmu jika mampu mengotrol setiap tindakannya sehingga mengetahui
benar pengaruhnya terhadap siswa. Krathwoll (2002) menyatakan bahwa
penguasaan pengetahuan meliputi penguasaan fakta, konsep, prosedur,
dan metakognitif.
Pengetahuan
faktual bekaitan dengan pernyataan yang benar
karena sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Misalnya, “anak itu sedang
berjalan”, pernyataan itu faktual jika kenyataannya memang anak itu berjalan
bukan sedang duduk. Seorang guru menguji pengetahuan faktual siswa jika
pernyataan yang dibuatnya sesuai dengan kondisi yang senyatanya. Mengenali
fakta tidak selalu mudah. Memperhatikan struktur luar suatu benda boleh jadi
merupakan proses yang mudah, namun mengenali fakta yang abstrak memerlukan
pengetahuan pendukung yang lebih banyak. Oleh karena itu, tingkat kesulitan
mengenali fakta bersifat relatif. Di samping itu yang termasuk
pengetahuan adalah definisi.
Pengetahuan
konseptual berkaitan dengan klasifikasi, kategori;
prinsip-prinsip, generalisasi; teori, model dan struktur. Penguasaan
pengetahuan faktual ditandai dengan kemampuan mengklasifikasikan data,
mengelompokan data berdasarkan ciri-ciri kesamaannya, atau berdasarkan
perbedaannya; menunjukkan kekuatan atau kelemahan sebuah pernyataan, mengenali
prinsip-prinsip, menyimpulkan, menguasai teori, menunjukan contoh, dan
mengenali struktur.
Penguasaan pengetahuan prosedural meliputi
pengetahuan tentang keterampilan khusus, tahapan sistematis mengenai sistem
program (meliputi; input, proses, dan output). Prosedur berarti tahap demi
tahap suatu proses untuk mencapai hasil yang diharapkan. Penguasaan pengetahuan
prosedural berarti penguasaan proses, misalnya, siswa dapat melaksanakan
penelitian melalui proses yang bertahap, yaitu (1) merumuskan pertanyaan (2)
merumuskan latar belakang pemikiran (3) merumuskan hipotensi (4) menguji
kebenaran hipotesis melalui eksperimen (5) analisis hasil atau
menyimpulkan bahwa hipotesis benar atau salah (6) merumuskan hasil penelitian.
Penguasaan prosedur bisa juga dalam
proses berpikir yang dapat diwujudkan dalam proses berpersepsi, introspeksi,
mengingat, berkreasi, berimajinasi, mengembangkan ide, atau berargumentasi. Di
sini terdapat penguasaan untuk merumuskan atau mengikuti tahap kegiatan sesuai
dengan proses yang seharusnya.
Kemampuan
tertinggi penguasaan pengetahuan adalah metakognitif. Metakognitif
menurut Livingstone (1997) adalah “berpikir tentang berpikir”. Menurut
Flavell sebagaimana dikutip Livingstone menyatakan bahwa metakognisi terdiri
atas dua unsur yaitu pengetahuan dan pengalaman atau regulasi. Metakognitif
merujuk pada proses mengusai ilmu pengetahuan dan proses berpikir. Dalam hal
ini siswa dapat menggunakan ilmu pengetahuan yang telah dikuasinya untuk
membangun pengetahuan baru. Metakognitif bisa juga dimaknai memiliki pemahaman
mengenai belajar tentang cara belajar.
Flavell sendiri membagi metakognitif ke
dalam tiga kategori, yaitu ilmu pengetahuan tentang variabel orang, variabel
pekerjaan, dan variabel strategi. Memahami tipe belajar diri sendiri termasuk
variabel orangnya. Variabel pekerjaan mencakup aktivitas belajar dan langkah
kegiatan berpikir berpikir pada kegaitan belajar. Belajar menjadi proses
beraktivitas dan berkarya. Variabel strategi menyangkut cara yang siswa gunakan
untuk mewujudkan tujuan belajar.
Meningkatkan pengetahuan metakognitif
akan terlihat pada strategi guru memfasilitasi siswa mengembangkan daya
belajarnya tidak hanya mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuannya
namun siswa terampil belajar, mengembangkan kemandirian siswa dalam menerapkan
berbagai cara sehingga dapat mengembangkan pengetahuan bermodalkan pengetahuan
yang dipelajarinya.
Jadi metakognitif memiliki kesamaan
makna dengan berpikir tentang cara berpikir, belajar tentang belajar atau
belajar tentang bagaimana cara belajar. Pengujian terhadap kemampuan ini
bisa dilakukan dengan cara menantang siswa menunjukkan kompetensinya dalam
bentuk menggunakan pengetahuan yang telah dipelajarinya untuk mengembangkan
inisiatif belajar secara mandiri sehingga dapat mengembangkan pengetahuan
barunya. Tugas mandiri untuk mengembangkan daya inisiatif sendiri,
mengembangkan ide-ide kreatif, mendisain model baru, inisiatif baru, atau
mengembangkan karya inoatif merupakan cara yang sesuai untuk menghimpun
informasi tentang kemampuan belajar dengan mendayagunakan ilmu yang dimilikinya
Satu langkah perubahan progres untuk guru yg profesional bagaimana menggiring siswa untuk terjun di Lingkaran Metakognetif. Semua di awali dengan berpikir. Bagaimana mengatasi masalah
ReplyDelete