Sunday, December 28, 2014

Kurikulum 2013 dan Konsep Pengembangan Inovator

     


        Apa yang menyebabkan innovator berbeda dari kebanyakan orang? Pertanyaan tersebut menjadi dasar Jeffrey H. Dyer, Hal B. Gregersen, dan Clayton M. Christensen dari Universitas Harvard mengembangkan pemikiran besarnya  sehingga melahirkan pemikiran yang mengubah pemikiran dunia pendidikan. Buah pikirannya ditulis dalam The Innovator’s DNA (2009). Inti laporannya menyatakan bawa inovator memiliki empat aktivitas utama dan satu ciri khas berpikirnya sehingga mereka menjadi berbeda.
Empat pola tindak yang membuat innovator menemukan hal-hal baru yaitu:
  • Menanya. Inovator keluar dari keadaan lama. Dengan menanya mereka dapat menggali dan mempertimbangkan kemungkinan-ke mungkinan baru. Dinyata dalam tulisannya bahwa kecerdasan kreatifnya tidak berasal dari kemampuan menjawab dengan benar, tetapi digali dengan keterampilan menanya. Penjelasan ini menegaskan pentingnya keterampilan menanya sebagai bagian dari proses untuk memahami dan memenuhi rasa ingin tahu.
  • Mengamati: Inovator mendeteksi hal detil yang kecil-kecil seperti mengamati perilaku pelanggan, pemasok, serta memperhatikan perusahaan lain yang menunjukkan cara-cara baru dalam melakukan sesuatu.
  • Mencoba: Innovator tanpa henti mencoba dan mencoba pengalaman baru serta menjelajahi pengalan yang berbeda dari sebelumnya.
  • Networking  atau membentuk jejaring. Innovator berinteraksi dengan banyak orang dari berbagai latar belakang, mereka mendapatkan pandangan dari berbagai perspektif yang berbeda. Hasil identifikasi ini mengandung penegasan bahwa kecerdasan berinteraki dan berkolaborasi merupakan faktor penting yang menunjang daya inovasi.
Keempat pola tindak tersebut secara bersama-sama membantu para innovator mengasosiasi atau menalar sehingga dapat menumbuhkan wawasannya. Dengan demikian terdapat lima keterampilan penggerak innovator yaitu: menanya, mengamati, mencoba, membentuk jejaring dan mengintegrasikan keempatnya dengan dukungan kecakapan bernalar untuk membentuk wawasan terbarukan.
Yang terkait dengan proses pengembangan pengusaan pengetahuan siswa telah dirumuskan oleh David Krathwohl (2002) pada  revisi pemikiran Bloom yang tergambar pada diagram berikut:
Pada gambar tampak bahwa proses pengembangan kognitif meliputi dua dimensi. Pertama pengembangan pengetahuan yang meliputi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Dimensi kedua adalah pengembangan kecakapan berpikir yang terdiri atas enam level yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi.
Peningkatan kompetensi pengetahuan dan keterampilan berpikir bagaikan dua sisi mata uang yang selalu terintegrasi. Pada gambar di atas, pendidik dapat mengembangkan pengetahuan faktual siswa dari mulai level berpikir paling bawah yaitu mengingat sampai dengan yang tertinggi yaitu mencipta. Demikian pula dengan komponen pengetahuan berikutnya. Gambar ini dapat memandu guru mengembangkan indikator kompetensi pada setiap sel sehingga menjadi variatif dan tingkat kesulitannya dapat dikembangkan bergradasi.
Pemikiran Jeffrey H. Dyer  terkait pada aktivitas belajar yang dapat dikembangkan, sedangkan pemikiran Krathwohl terkait pada kompetensi pungasaan pengetahuan dan level berpikir. Kedua pemikiran besar ini menjadi dasar dalam mengembangkan kompetensi penguasaan pengetahuan, kecakapan berpikir, dan aktivitas belajar. Bedanya dalam pengembangan pengetahuan diperlukan kecerdasan logis-matematis yang potensinya sesuai dengan yang dimilikinya, sedangkan dalam mengembangkan daya inovasi adalah mengembangkan kecerdasan kreatif yang dapat dilatih dan dikembangkan secara berkelanjutan.
Menyangkut pengembangan kecerdasan tidak dapat dilepaskan dari teori yang dikembangkan oleh Howard Gardner tentang multiple intelligence.
Share this article

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2014 SISTEM KURIKULUM 2013 • All Rights Reserved.
Distributed By Free Blogger Templates | Template Design by BTDesigner • Powered by Blogger
back to top